www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id - Surabaya, Masih dalam nuansa lebaran, Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) gelar acara halal bihalal dengan tema “Melalui semangat Halal Bihalal 1 Syawal 1440 H, Kita Rekatkan Persaudaraan, Kebersamaan, dan Penguatan Kelembagaan Fakultas Ilmu Olahraga Unesa”, (13/06). Turut hadir dalam kegiatan ini, Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Agus Hariyanto, M.Kes., Rektor Unesa periode 1997-2001, Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir, M.A., Ph.D., purna tugas, dosen, tendik, perwakilan dari Ormawa, Bank BTN, Bank Jatim, dan Hotel IBIS.
Dr. Setiyo Hartoto, M.Kes., selaku dekan FIO menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas kesediaan para undangan, khususnya purna tugas yang sudah meluangkan waktu menghadiri acara halal bihalal ini. “Saya merasa kecil dihadapan para bapak dan ibu dosen saya disini,” ujarnya.
Tak hanya itu, Setiyo Hartoto juga sedikit bercerita tentang sejarah dan perkembangan FIO. “Dulu pada saat saya masih jadi dosen muda, pendidikan karakter itu sangat ditonjolkan. Jadi, rasa hormat kepada para senior itu sangatlah kentara, dan alhamdulillah yang dulunya SPO jika ingin berenang harus ke Gunungsari dan softball harus ke Kertajaya, kini dengan berubahnya menjadi FIO semua fasilitas sudah lengkap. Mudah-mudahan kedepan bisa membuka prodi kedokteran olahraga,” ungkapnya.
Sementara itu, Ustaz Zainal Abidin, S.Ag, M.Fill., dalam ceramahnya menyinggung terkait sejarah halal bihalal, dimana istilah ini merupakan bentuk inovasi baru yang kental dengan momen lebaran. Menurut Ustaz Zainal, halal bihalal adalah tradisi, yakni sesuatu yang wajib dipertahankan jika itu baik, meliputi adat istiadat. Bermula dari presiden, Ir. Soekarno yang pada saat itu gelisah dengan riak-riak politik yang sukar disatukan hingga konflik antar daerah setelah 3 tahun merdeka, maka Soekarno memutuskan untuk mengundang KH Abdul Wahab Hasbullah dari Pondok Pesantren Tambak Beras yang akhirnya memutuskan untuk mengadakan halal bihalal di Istana Negara. Halal bihalal ini diharapkan bisa menjadi jembatan pemersatu kerukunan antara umat beragama.
“Melalui halal bihalal ini kita lebarkan senyum kita kepada atasan dan bawahan, dosen dan mahasiswa, agar terbangun suasana indah dan nyaman. Selain itu, jangan mengejek orang yang salah apalagi orang yang tidak salah difitnah menjadi salah, koreksilah diri sendiri, tangisilah kesalahan kamu sendiri dan mudah memaafkan adalah kunci untuk mempererat persaudaran, kebersamaan, dan penguatan terhadap suatu lembaga,” ujar Ustaz Zainal. (tni/ay)
Share It On: