Achmad Zaenuri, tokoh teater Surabaya menyampaikan proses kreatif di balik hadirnya buku “Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya” di hadapan mahasiswa Prodi S-1 Sastra Indonesia UNESA.
Unesa.ac.id. SURABAYA—Program Studi (Prodi) S-1 Sastra Indonesia (Sasindo), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Kuliah Tamu dan Bedah Buku di Joglo, FBS, Kampus 2 Lidah Wetan, Surabaya pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Bedah buku ini termasuk program Mata Kuliah Kajian Drama. Karya yang dibedah tersebut yaitu buku "Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya" karya Achmad Zaenuri—aktivis sekaligus perwakilan Bengkel Muda Surabaya, yang juga hadir sebagai pembicara.
Koorprodi S-1 Sastra Indonesia, Parmin menuturkan bahwa kegiatan tersebut penting dalam menghidupkan spirit dan tradisi intelektualitas di lingkungan kampus. Selain itu, bagi mahasiswa, kegiatan seperti ini dalam memperkaya pengetahuan kaitannya dengan tujuan mata kuliah.
"Kegiatan seperti ini bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi mahasiswa dalam mencari topik kajian yang bisa menjadi tugas akhir atau skripsi. Apalagi yang dibedah ini yaitu seputar sejarah perkembangan teater di Surabaya terkhusus melalui Bengkel Muda Surabaya," ucapnya.
Muhammad Erwan Saing, dosen pengampu MK Kajian Drama menegaskan pentingnya mahasiswa atau civitas menelusuri peristiwa sejarah terkait drama sebagai bagian penting dalam melakukan terobosan ke depan.
"Dengan adanya kegiatan kuliah tamu dan bedah buku ini dapat membekali para mahasiswa agar bermental baja dengan pendidikan karakter yang nantinya akan ditemukan selama proses produksi karya," ucapnya.
Hal tersebut juga dapat melatih mahasiswa dalam pola hidup bekerja melalui wawasan di luar kampus. “Bagi saya, teater bukan sekadar pementasan drama, melainkan menjamah berbagai bidang kehidupan," tukasnya.
Koorprodi S-1 Sastra Indonesia (kanan) menyerahkan piagam dan cinderamata kepada Achmad Zaenuri sebagai pemateri Kuliah Tamu dan Bedah Buku tersebut.
Pada sesi materi, tokoh teater penulis buku menyampaikan berbagai aspek terkait bukunya. Bengkel Muda Surabaya (BMS), yang menjadi aspek penting dalam buku tersebut, didirikan sebagai wadah rehabilitasi anak-anak yang pernah terjerumus kenakalan remaja.
BMS memfasilitasi pemberdayaan anak-anak tersebut yang diharapkan bisa menyalurkan perasaan lewat bermain drama di panggung dengan lebih fokus pada pendekatan aspek hiburan dan realis daripada aspek eksistensialisme.
Ia mewawancarai banyak tahanan muda di lapas guna menggali latar belakang kehidupan anak-anak tersebut, dan menelusuri motifnya mereka melakukan tindakan kriminal.
Dia menulis perjalanan hidup mereka yang ia jadikan menjadi teks lakon setelah mendapat persetujuan narasumber untuk mengadaptasi kisahnya. Konflik batin setiap manusialah yang memberikan nyawa atau value suatu kisah.
Perjalanannya dalam menyelami pengalaman pahit anak-anak atau remaja itulah yang ditulis Zaenuri dalam buku debutannya yang bertajuk “Teater Perubahan.”
Dia menegaskan bahwa teater tidak menghapus atau menghilangkan kenangan baik atau buruk masa lalu, melainkan justru menggali dan memperbaiki respons alamiah pada ingatan itu sendiri.
Teater adalah sebuah pergerakan untuk mengadaptasi value dari pengalaman atau naskah yang dipentaskan. Teater mencoba menumbuhkan sikap jujur terhadap kenyataan.[]
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: