www.unesa.ac.id
Ada yang berbeda pada kegiatan Languange Festival 2019 kali ini. Satu kategori perlombaan telah ditambahakan, yakni ‘Nyusu o Yomu’ atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan pembacaan berita dalam Bahasa Jepang. Munculnya kategori ‘Nyusu o Yomu’ menurut Dr. Roni, M.Hum., M.A., selaku ketua panitia adalah bentuk pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya. “Kalau puisi, story telling, dan olimpiade Bahasa Inggris sudah ada sejak tahun-tahun lalu. Kedepan, mungkin ada Bahasa Jawa, Mandarin, Jerman, dan mungkin bahasa isyarat,” ujar Roni.
Tujuan dari perlombaan ini sendiri adalah sebagai wadah mempromosikan Unesa kepada masyarakat, khususnya siswa SMA yang akan melanjutkan ke pendidikan tinggi. “Harapannya, para siswa bisa masuk Unesa, sekaligus mencari bibit-bibit yang mempunyai bidang yang dilombakan,” terang Roni. Selaku ketua panitia, Roni juga berharap agar ada evaluasi dan beberapa usulan mengenai jenis perlombaan yang mungkin untuk direalisasikan sebagai bentuk variasi perlombaan, agar kegiatan ini juga tidak terkesan monoton.
Dengan bertambahnya satu kategori, tahun ini ada 4 kategori perlombaan yang pelaksanaannya dibagi menjadi 2 hari, yakni English Olympiade tingkat SMA dan Mahasiswa yang dilaksanakan hari Jumat, 15 November, dan Lomba Membaca Puisi tingkat SMA, story telling tingkat SMA, serta Nyusu o Yomu tingkat SMA yang dialkasanakan pada hari Sabtu, 16 November. Tiap kategori lomba akan dilipih juara 1,2,3, harapan 1, harapan 2 dan juara favorit yang dilihat dari jumlah like terbanyak. Peserta berkesempatan untuk mendapatkan sertifikat sebagai peserta perlombaan, trofy untuk para juara, dan sejumlah uang tunai.
Selain penambahan kategori lomba, pemilihan peserta pada kegiatan ini juga dilakukan secara terstruktur. “Nanti mereka akan kirim link ke kita. Kemudian mereka ditugaskan untuk mengumpulkan like yang paling banyak dan panitia akan meyeleksi sebanyak 25 calon peserta. Kemudian juri memilih 10 dari 25 tersebut,” tambah Roni.
Sebelum diumumkan juara perlombaan untuk tiap kategori, beberapa juri berkesempatan untuk memberikan petuah kepada para peserta terkait penampilannya. Sebut saja Drs. Much. Khoiri M.Hum., selaku juri lomba baca puisi. Ketua Satuan Humas Unesa tersebut menekankan kepada peserta agar mampu menjiwai puisi yang dibaca. “Ketika seseorang menjiwai dalam membaca puisi, ia akan tahu kapan waktu jeda dan tinggi rendahnya intonasi yang diperlukan. Di sisi lain, pahami dulu isi puisi itu,” papar Khoiri.
Sementara itu, juri dari perlombaan story telling, Diana BD, S.S., M.Pd., menerangkan kepada peserta terkait ekspresi dalam bercerita, perbendaharaan kata, serta grammar yang dipilih. “Bahasa Inggris itu memilki vocab yang tidak banyak, tergantung dari konteks. Kalau terlalu banyak attribute saat menyampaikan story telling itu, juri bekerja keras untuk memahami,” ujar Diana.
Sedangkan Didik Nurhadi, M.Pd. M.A., Ph.D., selaku juri Nyusu O Yomu menjelaskan jika Bahasa Jepang yang dipakai dalam lomba ini merupakan kata-kata khusus dalam pembacaan berita, sehingga peserta tidak dituntut mencari kata yang terlalu banyak untuk mendeskripsikan maksudnya kepada pendengar. “Hari ini kalian sudah memberikan penampilan yang sangat bagus. Saya pun kalau disuruh membaca hiragana secara utuh dan banyak, saya juga belum tentu bisa. Beda kalau ada kanji. Intinya, Baca dulu makna yang akan diceritakan agar tahu kapan kita harus berhenti untuk menyampaikan poin,” kata Didik. (Suryo/ay)
Share It On: