Workshop dan diskusi delegasi JWG di UNESA
Unesa.ac.id, SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menjadi tuan rumah kegiatan 13th Joint Working Group (JWG) Indonesia-Perancis 2024. Acara ini merupakan kolaborasi penting antara kedua negara dalam bidang pendidikan, penelitian, dan budaya yang dilaksanakan 2-5 Juli 2024. Pada hari ketiga, dilaksanakan kegiatan thematic workshop yang digelar di Gedung Terpadu Psikologi Olahraga UNESA pada Kamis, 4 Juli 2024.
Sebelumnya, kegiatan JWG ke-13 ini resmi dibuka pada tanggal 3 Juli 2024 dengan sebuah pameran pendidikan Indonesia-Perancis sebagai acara utamanya. Workshop yang digelar pada hari ketiga ini terdiri dari dua sesi, dengan masing-masing sesi membahas empat topik yang dipresentasikan. Berbagai pakar dari Indonesia dan Perancis turut hadir menjadi pembicara pada kegiatan ini.
Adapun pada sesi pertama thematic workshop kali ini meliputi Green Economy, Culture and Art, Blue Economy, dan Space and technology. Selanjutnya pada sesi kedua meliputi Health and medical device, Digital Technology and Science, Technology, Engineering and Math (STEM), Partnership in methodology, dan Disability.
Salah satu pemateri workshop, Roda Jean-Marc selaku Regional Director CIRAD mengupas terkait Green Economy. Ia memfokuskan pada Circular Economy yang merupakan sebuah konsep yang sederhana, hanya mengoptimalkan semua bahan produksi agar tidak membuang terlalu banyak sisa produksi.
Circular Economy akan menurunkan sebuah konsep yakni Green Economy. Green Economy merupakan sebuah upaya dalam mengurangi penggunaan fossil carbon, menjaga kelestarian alam, dan menggunakan energi terbarukan.
"Tantangan terbesar dalam menjalankan Green Economy adalah deforestation, degradation, dan agriculture loss," sebutnya.
Dia menambahkan pentingnya menggunakan teknologi sebagai alat untuk memanfaatkan energi yang abadi seperti matahari, angin, dan sumber-sumber energi terbarukan lainnya sebagai pengganti energi fosil.
Penerapan Green Economy tidak hanya memerlukan perubahan dalam cara kita menggunakan sumber daya alam, tetapi juga membutuhkan inovasi berkelanjutan dan komitmen global untuk melindungi lingkungan.
Valeriano Parravicini dari Ecole Pratique des Hautes Etudes, Perancis juga menyampaikan presentasi yang berfokus pada konsep Blue Economy. Ia menyoroti pentingnya sistem kelautan (marine system) dalam mendukung ekonomi lautan (ocean economic) serta perkembangan ekonomi biru (blue economic) yang berkelanjutan.
"Kolaborasi riset sains sangat penting dilaksanakan, khususnya dalam pengembangan teknologi yang mengusung kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung konsep New Blue Economic," terangnya
Ia juga menekankan bahwa kolaborasi ini tidak hanya melibatkan riset, tetapi juga pengajaran di tingkat master dan PhD, yang akan memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola dan mengembangkan potensi kelautan secara berkelanjutan (SDGs).
Diskusi yang mencakup konsep-konsep pembangunan berkelanjutan ini menunjukkan bahwa kolaborasi internasional dalam riset, pengajaran, dan penerapan teknologi canggih sangat penting untuk mencapai tujuan global tersebut. Dengan komitmen untuk melestarikan lingkungan, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengoptimalkan sumber daya secara efisien, kegiatan ini dapat mencapai SDGs dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang. []
***
Reporter: Saputra (FBS), Farhan Bachtiar (Fisipol), Fatimah Najmus Shofa (FBS), Dian Purnama (FMIPA), Sindy Riska (Fisipol), dan M. Ja’far (FIP).
Editor: @zam*
Foto: Tim HUMAS UNESA
Share It On: